Friday, August 14, 2015

Makalah Sistem Penginderaan Jauh Satelit




KATA PENGANTAR


Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayan-Nya penulis dapat membuat sebuah makalah tentang “Sistem Penginderaan Jauh pada Satelit”
            Dalam makalah ini, penulis menyajikan materi-materi yang bersangkutan dengan sistem penginderaan satelit. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu, kami meminta kritik dan saran mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Atas perhatian pembaca, kami ucapkan terimah kasih.


Makassar, 12 April 2014


  
   Penulis



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
     Di bumi ini tersebar berbagai macam fenomena–fenomena alam yang sudah diungkap oleh manusia maupun yang belum diungkap oleh manusia. Salah satu langkah untuk mengungkap dan mengenali fenomena alam adalah dengan menggunakan teknologi sesuai perkembangan zaman. Manusia sudah tidak lagi langsung terjun langsung ke lapangan guna mengungkap fenomena alam, namun dengan perkembangan teknologi maka manusia mengenal teknologi penginderaan jauh. Teknologi penginderaan jauh merupakan pengembangan dari teknologi pemotretan udara yang mulai diperkenalkan pada akhir abad ke 19. Manfaat potret udara dirasa sangat besar dalam perang dunia pertama dan kedua, sehingga cara ini dipakai dalam eksplorasi ruang angkasa. Sejak saat itu istilah penginderaan jauh (remote sensing) dikenal dan menjadi populer dalam dunia pemetaan sampai saat ini. Eksplorasi ruang angkasa yang berlangsung sejak tahun 1960 an antara lain diwakili oleh satelit-satelit Gemini, Apollo, Sputnik, Solyus. Kamera presisi tinggi mengambil gambar bumi dan memberikan informasi berbagai gejala dipermukaan bumi seperti geologi, kehutanan, kelautan dan sebagainya. Teknologi pemotretan dan perekaman permukaan bumi berkembang lebih lanjut dengan menggunakan berbagai sistem perekam data seperti kamera majemuk, multispectral scanner, vidicon, radiometer, spectrometer yang berlangsung sampai sekarang. Bahkan dalam waktu terakhir ini alat GPS (Global Positioning System) dimanfaatkan pula untuk merekam peta ketinggian dalam bentuk DEM (Digital Elevation Model).
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala dengan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji (Sutanto, 1986). Citra penginderaan jauh merupakan gambaran yang erekam oleh kamera atau oleh sensor lainnya. Penginderaan jauh (remote sensing) telah digunakan untuk berbagai macam keperluan, antara lain untuk keperluan analisis dalam bidang kelautan, analisis bidang pertanian, analisis bidang pertambangan, dan lain sebagainya. Penginderaan jauh merupakan suatu metode untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, areal, ataupun fenomena geografis melalui analisis data yang diperoleh dari sensor. Perkembangan ilmu penginderaan jauh dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga manusia selalu akan mengembangkan kemampuannya dalam mengembangkan ilmu tersebut, salah satunya dengan mengembangkan citra satelit agar dapat digunakan untuk kepentingan–kepentingan lainnya yang erat kaitannya dengan perolehan informasi suatu objek, daerah ataupun fenomena geografisnya.

B. Batasan Masalah
1. Menjelaskan definisi penginderaan jauh.
2. Menjelaskan mengenai satelit pengindera jauh.
3. Energi Elektromagnetik dalam Penginderaan Jauh Satelit.
4. Energi Elektromagnetik dalam Penginderaan Jauh Satelit.
5. Sensor dan Wahana (Flatform) Teknologi Penginderaan Jauh.
6. Citra Penginderaan Jauh Satelit








BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu, teknologi dan seni perolehan data dan pemrosesan data yang merekam interaksi antara energi elektromagnetik dengan suatu obyek. Dengan kata lain dapat didefinisikan sebagai ilmu, teknologi dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji.
Secara umum penginderaan jauh menunjukkan aktifitas perekaman, pengamatan dan penangkapan fenomena obyek atau peristiwa dari jarak tertentu. Dalam pengideraan jauh, sensor tidak langsung kontak dengan obyek yang diamati. Informasi tersebut membutuhkan alat penghantar secara fisik untuk perjalanan dari obyek ke sensor melalui medium.
Pada Tutorial Pelatihan ini penginderaan jauh lebih dibatasi pada suatu teknologi perolehan informasi permukaan bumi (laut dan daratan) dengan menggunakan sensor di atas platform satelit dan spaceborne (pesawat ruang angkasa).
B.     Satelit Pengindera Jauh
Satelit penginderaan jauh sumber daya yang banyak dimanfaatkan selama ini merupakan satelit yang menggunakan sistem optis. Penginderaan jauh sistem optis ini memanfaatkan spektrum tampak hingga infra merah (Liang, 2004). Rentang gelombang elektromagnetik yang lebih luas dalam penginderaan jauh meliputi gelombang pendek mikro hingga spektrum yang lebih pendek seperti gelombang infra merah, gelombang tampak, dan gelombang ultra violet.
Penginderaan jauh berkembang dalam bentuk pemrotretan muka bumi melalui wahana pesawat terbang yang menghasilkan foto udara dan bentuk penginderaan jauh berteknologi satelit yang mendasarkan pada konsep gelombang elektromagnetis. Dalam perkembangannya saat ini, dengan adanya teknologi satelit berresolusi tinggi, pengenalan sifat fisik dan bentuk obyek dipermukaan bumi secara individual juga dapat dilakukan.
Pada dasarnya teknologi pemotretan udara dan penginderaan jauh berteknologi satelit adalah suatu teknologi yang merekam interaksi berkas cahaya yang berasal dari sinar matahari dan obyek di permukaan bumi. Pantulan sinar matahari dari obyek di permukaan bumi ditangkap oleh kamera atau sensor. Tiap benda atau obyek memberikan nilai pantulan yang berbeda sesuai dengan sifatnya. Pada pemotretan udara rekaman dilakukan dengan media seluloid (film), sedangkan penginderaan jauh melalui media pita magnetik dalam bentuk sinyal-sinyal digital. Dalam perkembangannya potret udara juga seringkali dilakukan dalam bentuk digital.
Data penginderaan jauh adalah berupa citra. Citra penginderaan jauh memiliki beberapa bentuk yaitu foto udara ataupun citra satelit. Data penginderaan jauh tersebut adalah hasil rekaman obyek muka bumi oleh sensor. Data penginderaan jauh ini dapat memberikan banyak informasi setelah dilakukan proses interpretasi terhadap data tersebut.
Interpretasi citra merupakan serangkaian kegiatan identifikasi, pengukuran dan penterjemahan data-data pada sebuah atau serangkaian data penginderaan jauh untuk memperoleh informasi yang bermakna. Sebuah data penginderaan jauh dapat diturunkan banyak informasi dari serangkaian proses interpretasi citra ini. Dalam proses interpretasi, obyek diidentifikasikan berdasarkan pada karakteristik berikut :
-      Target dapat berupa fitur titik, garis, ataupun area.
-      Target harus dapat dibedakan dengan obyek lainnya.
Kemampuan teknologi penginderaan jauh dalam perolehan informasi yang luas tanpa persinggungan langsung dengan obyeknya banyak dimanfaatkan dalam berbagai hal yang bersifat spasial. Hingga saat ini penginderaan jauh telah diaplikasikan untuk keperluan pengelolaan lingkungan, ekologi, degradasi lahan, bencana alam, hingga perubahan iklim (Horning, 2010; Roder, 2009; Bukata, 2005; Adosi, 2007).
C.     Energi Elektromagnetik dalam Penginderaan Jauh Satelit
Cahaya tampak merupakan salah satu dari beberapa bentuk energi elektromagnetik, gelombang radio, sinar ultraviolet dan sinar X juga merupakan bentuk lain energi yang lazim.

Gambar: Ilustrasi perekaman berbagai fenomena yang ada di permukaan menggunakan teknologi penginderaan jauh.
Pada dasarnya semua energi adalah sama dan melakukan radiasi sesuai dengan teori dasar gelombang. Pada Gambar 1. ditunjukkan teori dasar energi elektromagnetik yang bergerak secara harmonis berbentuk sinusoidal dengan kecepatan cahaya ©. Berdasarkan konsep fisika dasar, gelombang mempunyai persamaan umum sebagai berikut :
C = f x l
c = kecepatan cahaya (3 x 108 m/dtk)
f = frekuensi
l = panjang gelombang
Di dalam penginderaan jauh satelit, pengelompokkan gelombang elektromagnetik paling sering digunakan diletakkan menurut letak panjang gelombang di dalam spektrum elektromagnetik (Gambar 2.).


Gambar 2. Spektrum elektromagnetik
Nama spektrum biasanya digunakan pada bagian spektrum elektromagnetik, seperti gelombang inframerah, gelombang radio, gelombang mikro, dan sebagainya. Dan spektrum ini tidak mempunyai batasan yang tegas antara satu bagian spektrum satu dengan spektrum berikutnya.. Bagian spektrum  0,4 – 0,7 μm) pada gambaran logaritmik merupakan bagian±sinar tampak ( sempit, mempunyai kepekaan pada mata manusia
Sifat radiasi elektromagnetik lebih mudah diuraikan dengan menggunakan teori gelombang, tetapi interaksi antara energi elektromagnetik dengan benda dapat dijelaskan dengan teori partikel. Teori partikel menyatakan bahwa radiasi elektromagnetik terdiri dari beberapa bagian terpisah yang disebut sebagai foton.
D.      Interaksi Energi Elektromagnetik  Dengan Atmosfer dan Permukaan Bumi
Semua radiasi yang dideteksi dengan sistem penginderaan jauh satelit melalui atmosfer dengan jarak atau panjang jalur tertentu. Panjang jalur tesebut dapat bervariasi panjangnya. Pada fotografi dari antariksa dihasilkan dari radiasi matahari yang melewati dua kali tebal penuh atmosfer bumi pada perjalannya dari sumber radiasi ke sensor. Selain itu, sensor termal yang mendeteksi energi yang dipancarkan oleh obyek di bumi, melewati jarak di atmosfer yang relatif pendek. Perbedaan jarak yang dilalui , kondisi atmosfer, panjang gelombang yang digunakan serta besarnya sinyal energi yang indera berpengaruh terhadap variasi total atmosfer.
Pengaruh atmosfer sangat bervariasi tergantung pada intensitas dan komposisi spectral radiasi yang tersedia bagi suatu system penginderaan satelit. Pengaruh ini disebabkan oleh mekanisme hamburan (scattering) dan serapan (absorption) atmosferik.


Gambar 3. Hamburan (Scaterring) dan Serapam (Absorption)
Bagian energi yang mengenai obyek dipermukaan bumi akan dipantulkan, diserap, atau ditransmisikan dengan menerapkan hukum kekekalan energi. Dalam hukum kekekalan energi tersebut dapat dinyatakan sebagai hubungan timbal balik antara tiga jenis interaksi energi tersebut, sebagai berikut:
E1 )l) + EA +ET (l) = ER (l)
E1   = energi yang mengenai obyek
ER = energi yang dipantulkan
EA = energi yang diserap
ET   = energi yang ditransmisikan
Persamaan di atas merupakan suatu persamaan keseimbangan energi yang menunjukan hubungan timbal balik antara mekanisme pantulan, serapan dan transmisi. Dari persamaan di atas terdapat 2 (dua) hal penting :
1.      Bagian energi yang dipantulkan, diserap dan ditransmisikan akan berbeda tergantung pada jenis materi dan kondisi obyek muka bumi. Dari perbedaan ini, memungkinkan kita dapat membedakan obyek yang berbeda pada suatu citra.
2.      Dengan panjang gelombang yang berbeda, untuk obyek yang sama bagian energi yang dipantulkan, diserap dan ditransmisikan kemungkinan akan berbeda, sebagai akibatnya, variasi spectral ini akan menghasilkan efek visual yaitu warna. Sebagai contoh: obyek akan berwarna biru bila obyek tersebut banyak memantulkan bagian spectrum biru, berwarna hijau bila banyak memantulkan bagian spectrum hijau, dan seterusnya. Sehingga interpretasi visual dengan mata dapat menggunakan variasi spectral pada besaran energi pantulan untuk menbedakan berbagai obyek.
E.     Pantulan Spektral Vegetasi, Tanah dan Air


Gambar: Pantulan spectral energi elektromagnetik matahari terhadap vegetasi, tanah dan air yang diterima oleh sansor satelit.

Pada gambar  ditunjukkan suatu kurva pantulan spectral pada tiga obyek utama di permukaan bumi, yaitu vegetasi sehat berdaun hijau, tanah gundul ( lempung coklat kelabu ), dan air jernih. Garis pada kurva tersebut menyajikan kurva pantulan rata-rata yang dibuat dengan pengukuran sampel obyek yang jumlahnya banyak (Lillesand. 2002). Kurva ini menunjukkan suatu indicator tentang jenis dari kondisi obyek yang berkaitan. Walaupun pantulan obyek secara invidual akan berbeda besar di atas dan dibawah nilai rata-rata, tetapi kurva tersebut menunjukan beberapa titik fundamental yang berkaitan dengan pantulan spektral.
Vegetasi sehat berwarna hijau disebabkan oleh besarnya penyerapan energi pada spektrum hijau. Apabila tumbuhan mengalami beberapa gangguan, dan akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan produksinya secara normal maka hal itu akan mengurangi atau mematikan produksi klorofil. Akibatnya berupa kurangnya serapan oleh klorofil pada saluran biru dan merah. Sering pantulan pada spektrum merah bertambah hingga kita lihat tumbuhan tampak berwarna kuning (gabungan antara hijau dan merah).
F.      Sensor dan Wahana (Flatform) Teknologi Penginderaan Jauh
Sensor adalah alat untuk mengukur dan merekam energi elektromagnetik. Dalam system penginderaan jauh, sensor dapat dibedakan dalam 2 kategori yaitu sensor aktif dan sensor pasif. Uraian mengenai hal tersebut,
Untuk sensor pasif tergantung pada sumber energi dari luar, yaitu matahari. Sehingga penginderaan jauh sistem pasif menerima energi yang dipantulkan dan/atau dipancarkan dari permukaan bumi. Teknologi penginderaan jauh satelit yang menggunakan sensor dengan saluran tampak mata (visible) dan inframerah. Kamera fotografi adalah merupakan sensor pasif yang paling lama dan umum dipakai. Sebagai contoh lain sensor pasif adalah gamma-ray spectrometer, kamera udara, kamera video dan scanner multispektral dan termal, dsb.


Gambar: Sistem sensor aktif sistem gelombang mikro dan pasif dengan sensor optik beserta citra satelit yang dihasilkan.
 Kemampuan penetrasi liputan awan pada gelombangan mikro mengasilkan citra yang bersih dari tutupan awan. Sistem wahana (platform) Penginderaan jauh dapat dikategori dalam dua sistem, pertama penginderaan jauh dengan airborne, yaitu dengan menggunakan pesawat udara (aircraft), balon udara, dan sebagainya. Kedua adalah dan system penginderaan jauh menggunakan sistem speceborne yaitu dengan menggunakan wahana satelit, pesawat ruang angkasa, dsb.
G.      Citra Penginderaan Jauh Satelit
Citra satelit penginderaan jauh adalah gambaran 2 dimensi (2D) yang menggambarkan suatu obyek dari pandangan nyata. Citra penginderaan jauh satelit menggambarkan bagian dari permukaan bumi yang terlihat dari suatu ruang.
Citra dapat berbentuk analog maupun digital. Sebagai contoh, foto udara merupakan citra analog berupa film dengan proses kimiawi untuk mendapatkan citra, sedang citra satelit didapatkan dari sensor elektronik dan diporses secara digital. Citra satelit yang dicetak atau dalam bentuk hardcopy dapat juga disebut sebagai citra/data analog.
Data penginderaan jauh tidak hanya sekedar sebagai gambar, tetapi data citra disimpan dalam format grid secara reguler yang biasa disebut sebagai data raster yang terdiri dari baris (row) dan kolom (column). Satu elemen terkecil (gambar 7) dinamakan sebagai pixel (picture element). Untuk setiap pixel mempunyai informasi koordinat (row dan column) dan nilai spectral yang dikonversi dalam bentuk angka, yang biasa disebut DN (Digital Number).
Tiap pixel menggambarkan bagian wilayah permukaan bumi dengan nilai intensitas serta lokasi alamat dalam bentuk 2 dimensi. Nilai intensitas tersebut menggambarkan ukuran kuantitas fisik yang merupakan pantulan atau pancaran radiasi matahari dari suatu obyek dengan panjang gelombang tertentu yang diterima oleh sensor. Seperti disebutkan sebelumnya, intensitas pixel disimpan sebagai nilai digital (DN (Digital Number)). DN disimpan dalam bits dengan jumlah tertentu.
Kualitas data penginderaan jauh pada utamanya ditentukan oleh karakteristik system sensor platform.

Gambar: Data citra satelit Landsat TM5 dengan nilai spectral yang dimilikinya.
Resolusi ini berdasarkan pada masing bagian dari Spektrum Elektromagnetik yang diukur dan perbedaan energi yang diamati. Sebagi contoh : Landsat 7 ETM+ mempunyai 9 saluran/band, SPOT5 menggunakan 5 band dan IKONOS II menggunakan 5 band.
Resolusi spasial didasarkan pada unit terkecil suatu obyek yang diukur, menunjukkan ukuran minimum obyek. Sebagai contoh ukuran per pixel untuk SPOT5 Pankromatik 5m x 5m dan 2.5m x 2.5; Multispektral 10m x 10m dan Landsat 7 ETM+ Pankromatik 15m x 15m; Multispektral 30m x 30m Termal A dan B 60m x60m; serta IKONOS II Pankromatik 1m x 1m, Multispektral 4m x 4m.

Gambar: Perbandingan Resolusi Spasial citra satelit Landsat MSS 5m, Landsat TM5 30m, SPOT4 20m dan SPOT4 Pan 10m.
Resolusi temporal (Revisit time) adalah waktu pengulangan pengambilan atau perekaman data pada posisi obyek yang sama. Landsat 7 ETM+ melakukan pengambilan atau perekaman data pada posisi obyek yang sama setiap16 hari, IKONOS II selama 4 hari untuk posisi tegak dan setiap hari dapat melakukan perekaman karena kemampuannya untuk perekeman dalam posisi obliq (miring).



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala dengan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji (Sutanto, 1986). Citra penginderaan jauh merupakan gambaran yang erekam oleh kamera atau oleh sensor lainnya. Penginderaan jauh (remote sensing) telah digunakan untuk berbagai macam keperluan, antara lain untuk keperluan analisis dalam bidang kelautan, analisis bidang pertanian, analisis bidang pertambangan, dan lain sebagainya. Penginderaan jauh merupakan suatu metode untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, areal, ataupun fenomena geografis melalui analisis data yang diperoleh dari sensor. Perkembangan ilmu penginderaan jauh dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga manusia selalu akan mengembangkan kemampuannya dalam mengembangkan ilmu tersebut, salah satunya dengan mengembangkan citra satelit agar dapat digunakan untuk kepentingan–kepentingan lainnya yang erat kaitannya dengan perolehan informasi suatu objek, daerah ataupun fenomena geografisnya.



DAFTAR PUSTAKA


Lillesand, Thomas M. ( Penerjemah Dulbhri, Suharsono P, Suharyadi S). 1990.
            Remote Sensing and Image Interpretation Diterjemahkan Dalam bahasa
Indonesia : Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta: gadjah mada   University Press.
Sinaga,J.2011.Satelit ikonos. www.pagarberkawatduri.blogspot.com/2011/11/satelit-        ikonos.html.             diakses pada tanggal 28 November 2011 Jam 15. 35 WIB
Sutanto.1986.Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University     Press
Sutanto.1994.Penginderaan Jauh Jilid I1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press



Share:

0 comments:

Post a Comment

Sekolaholic | Ruang Kamu yang Ketagihan Sekolah. Powered by Blogger.

Email Subscriptions

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Unordered List

Pages

Theme Support