Thursday, September 1, 2016
Pengertian dan Kedudukan Komunikasi
Etimologis : Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin “communis” yang berarti “sama”, communico, communicatio yang berarti “membuat sama” Kata “sama” tersebut dimaksudkan adalah sama makna, sama kedudukan, sama pengertian. Jadi secara etimologis, istilah komunikasi dapat diartikan berarti suatu kegiatan yang mengarah pada adanya kesamaan pengertian dan kesamaan pemaknaan terhadap sesuatu pesan.
Terminologis
· Harorld D.Lasswell mendefinisikan komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media, yang akan menimbulkan efek tertentu.
· Carl I.Hovland menjelaskan bahwa komunikasi merupakan proses mengubah perilaku orang lain.
· Sementara itu Edwin B. Flippo menyebutkan bahwa komunikasi adalah kegiatan mendorong orang lain untuk menafsirkan ide dengan cara yang diinginkan oleh si pembicara.
· Stephen P. Robbins menyebut komunikasi lebih mengarah pada penyampaian dan pemahaman suatu maksud.
· Dari beberapa pengertian yang disampaikan beberapa ahli tersebut terdapat suatu benang merah yang dapat ditarik dan dijadikan pengertian komunikasi, yaitu adanya proses penyampaian pesan, berupa ide, gagasan dan maksud tertentu dan seseorang kepada orang lain, sehingga terdapat pengertian dan pemahaman
Filsafat Komunikasi
Filsafat komunikasi merupakan suatu studi dengan objek formal filsafat, sedangkan objek materialnya adalah komunikasi, yang tak lain adalah “pernyataan antar manusia baik secara langsung maupun tidak langsung”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat komunikasi merupakan kajian reflektif secara mendalam, komprehensif dan holistik hingga menyentuh hal-hal esensial, berbagai fenomena dalam proses komunikasi, baik itu unsur komunikasi, prinsip komunikasi hingga model-model komunikasi.
Hakikat Komunikasi
Komunikasi menjadi suatu kajian yang penting, mengingat berbagal permasalahan kerapkali muncul dalam proses pergaulan antar manusia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi sesungguhnya terkait erat dengan hakikat kodrat manusia yang membutuhkan keberadaan orang lain dan hidup bersama orang lain dalam sosialitasnya. Perbedaan adalah satu hal yang tidak dapat dielakkan, sehingga diperlukan suatu komunikasi untuk menyamakan persepsi, pengertian dan pemahaman antara satu orang dengan orang lain. Dapatlah disimpulkan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mutlak bagi keberlangsungan proses sosialisasi manusia. Hakikat komunikasi tidak lain adalah proses pernyataan dan pemaknaan antar manusia. Peryataan tersebut baik berupa pikiran dan perasaan yang kemudian dikomunikasikan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.
Kedudukan Filsafat Komunikasi
Filsafat komunikasi merupakan cabang filsafat yang masih relatif baru. Sekitar awal abad XX, kajian tentang hakikat komunikasi berdiri sendiri sebagal cabang flisafat, yang tak lain merupakan satu bentuk spesialisasi dan cabang filsafat sosial yang mempunyal ruang lingkup demikian luas.
Sebagal salah satu cabang filsafat, filsafat komunikasi mempunyai hubungan erat dengan cabang filsafat yang lain. Hubungan erat tersebut terutama tampak pada fenomena manusia yang melakukan komunikasi. Dengan kata lain filsafat komunikasi berhubungan erat dengan filsafat manusia. Filsafat komunikasi berusaha menjabarkan sifat kodrat manusia sebagal makhluk individual sekaligus
makhluk social yang mempunyai kecenderungan hakiki untuk berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu perlu disusun suatu prinsip-prinsip, metode dan teknik komunikasi yang tetap mengedepankan manusia sebagai subjek komunikasi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa titik singgung antara filsafat manusia dan filsafat komunikasi adalah keberadaan manusia.
Hubungan erat yang kedua yaitu antar filsafat komunikasi dengan filsafat sosial, yang semula merupakan induk filsafat komunikasi. Filsafat sosial menyelidiki bentuk-bentuk hubungan sosial, struktur-struktur scsial dalam masyarakat, sedangkan filsafat komunikasi mengkaji sebagian dan fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat, yaitu komunikasi sebagai saran bagi manusia untuk melakukan hubungan satu sama lain. Perkembangan yang terjadi memperlihatkan bahwa komunikasi ternyata bukan lagi menjadi tujuan sosialisasi manusia, tetapi komunikasi telah menjadi alat atau instrument bagi manusia untuk mendapatkan hal lain, seperti pemenuhan kebutuhan materi.
Hubungan selanjutnya terdapat dalam kaitannya dengan usaha manusia untuk memperoleh pengetahuan yang benar, maka dalam hat mi filsafat komunikasi juga berhubungan dengan epistemologi (filsafat pengetahuan). Dengan adanya hubungan ciengan epistemology, maka penguasaan pengetahuan merupakan sesuatu yang penting bagi terjadinya proses pemaknaan Komunikasi antar manusia.
Berkaitan dengan masalah penilalan baik dan buruk dalam proses komunikasi maka filsafat komunikasi juga akan berhubungan filsafat nilai (aksiologi). Manusia merupakan makhluk penilai, maka dalam proses komunikasi hendaknya juga harus dipertimbangkan adanya nilai-nilai. Apakah pesan yang disampaikan pada orang lain dapat dipertanggungjawabkan, proses penyampaian
pesan tetap mempertimbangkan aspek etika atau tidak?
Wednesday, January 27, 2016
Pengertian Pengukuran
Dalam setiap ilmu
pengetahuan, pengukuran menghasilkan deskripsi kuantitatif dari suatu proses
dan produk yang membuat kita memahami tingkah laku dan hasil. Dan akan semakin
berkembang jika kita memilih teknik dan utilitas yang lebih baik untuk
mengendalikan dan memaksimalkan kinerja suatu proses, produk dan resources
(sumber) yang ada. Karena seorang engineer tidak dapat dikatakan sebagai
engineer sejati, sampai kita dapat membangun pondasi yang solid untuk mengukur
berbasiskan teori. (Pfleeger et al., 1997).
Dibawah ini pengertian pengukuran menurut para ahli:
Lord Kelvin
Ketika
kalian dapat mengukur apa yang kalian katakan dan mengekspresikannya dalam
angka-angka, maka kalian mengetahui sesuatu tentang itu. Tetapi jika kalian
tidak dapat mengukur dan mengekspresikan sesuatu dengan angka-angka,
pengetahuan tersebut tidak
Hakikat Pembelajaran Fisika
Fisika merupakan
ilmu yang mempelajari tingkah laku alam dalam berbagai bentuk gejala untuk
dapat memahami apa yang mengendalikan atau menentukan kelakukan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut maka belajar fisika tidak lepas dari penguasaan
konsep-konsep dasar fisika melalui pemahaman.
Pada dasarnya,
fisika adalah ilmu dasar, seperti halnya kimia, biologi, astronomi, dan
geologi. Ilmu-ilmu dasar diperlukan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan
terapan dan teknik. Tanpa landasan ilmu dasar yang kuat, ilmu-ilmu terapan
Monday, January 25, 2016
Konsep Dasar Ilmu Ekonomi
Apa kabar Teman Sekolah!
Baiklah, sebelum
kita membahas terlalu jauh mata pelajaran Ekonomi, pertama-tama kita akan
mempelajari dahulu konsep mendasar tentang Ilmu Ekonomi.
Nah, langsung saja!
Untuk memahami konsep dasar ilmu ekonomi, kita bisa memulainya dengan menjawab
pertanyaan berikut.
Apakah ilmu ekonomi
hanya mengkaji keputusan-keputusan yang dibuat oleh para pelaku bisnis dan
pemerintah saja?
Kalau Tidak, lalu
ilmu ekonomi itu mengkaji apa?
Secara istilah
‘ekonomi’ berasal dari bahasa Yunani asal kata ‘oikosnamos’ atau oikonomia’
yang artinya ‘manajemen urusan rumah-tangga’, khususnya penyediaan dan
administrasi pendapatan. Namun sejak perolehan maupun penggunaan kekayaan
sumberdaya secara fundamental perlu diadakan efesiensi
Monday, November 30, 2015
Sejarah Perkembangan Teori-Teori Struktur Atom
Fulsuf yunani Tahun 300-400 S.M.
- Democritus dan Epicurus pertama kali memikirkan ide bahwa materi disusun oleh suatu pertikel terkecil yang tidak dapat dibagi disebut 'atom'.
- Aristotle tidak sependapat. Dia menyatakan bahwa materi itu berubah dan terbuat dari empat elemen dasar dari bumi yaitu 'tanah, udara, api, dan air'.
Jhon Dalton Tahun 1808
- memperkenalkan kembali konsep dari atom yang tidak dapat dibagi lagi pada 'teori atomnya'.
Jhon J. Thompson Tahun 1897-1920
- Mengidentifikasi elektron sebagai partikel negatif. Ia menyimpulkan bahwa semua atom mengandung elekktron. Dia menggambarkan model atomnya seperti kue kismis
Ernest Rutherford 1902-1920
- Mengajukan model atom dengan inti atom bermuatan positif sebagai pusat dan dikelilingi oleh elektron bermuatan negatif. Ia juga mengajukan sifat dari muatan positif proton dan memprediksi eksistensi neutron.
Henry Moseley 1913
- Memperkenalkan konsep dari nomor atom yang didasarkan pada muatan positif dari inti atom.
- Kemudian ditunjukkan oleh besarnya angka dari proton.
Niels Bohr 1913
- Mengajukan eksistensi dari lintasan elektron (berupa lapisan atau tingkat energi) mengelilingi inti dari atom.
Frederick Soddy 1914
- Meneliti asal-usul dan sifat dari isotop.
Francis Aston 1919
- Membuktikan beberapa unsur biasa tersusun dari isotop menggunakan penemuannya yaitu 'spectometer mass'
Wolfgang Pauli 1925
- Mengajukan 'Asas Larangan Pauli' untuk menjelaskan penyebaran dari elektron pada tingkatan energi yang mengitari inti.
Erwin Schrodinger 1926
- Memperkenalkan suatu penjabaran matematis dari tingkatan energi pada elektron.
James Chadwick 1932
- Menemukan pancaran neutron untuk menjelaskan keberadan isotop.
Lise Meitner
- Pertama kali menyarankan ide tentang peluruhan nuklir (sebelumnya di teliti oleh Marie Curre pada tahun 1898)
Glen Seaborg 1941
- Memperkenalkan hampir seluruh dari unsur-unsur transuranium.
Friday, August 14, 2015
Makalah Sistem Penginderaan Jauh Satelit
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayan-Nya
penulis dapat membuat sebuah makalah tentang “Sistem Penginderaan Jauh pada
Satelit”
Dalam
makalah ini, penulis menyajikan materi-materi yang bersangkutan dengan sistem
penginderaan satelit. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas
ini terdapat banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu, kami meminta kritik dan
saran mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Atas perhatian pembaca, kami ucapkan terimah kasih.
Makassar, 12 April 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di bumi ini tersebar berbagai macam fenomena–fenomena alam yang
sudah diungkap oleh manusia maupun yang belum diungkap oleh manusia. Salah satu
langkah untuk mengungkap dan mengenali fenomena alam adalah dengan menggunakan
teknologi sesuai perkembangan zaman. Manusia sudah tidak lagi langsung terjun langsung
ke lapangan guna mengungkap fenomena alam, namun dengan perkembangan teknologi
maka manusia mengenal teknologi penginderaan jauh. Teknologi penginderaan jauh
merupakan pengembangan dari teknologi pemotretan udara yang mulai diperkenalkan
pada akhir abad ke 19. Manfaat potret udara dirasa sangat besar dalam perang
dunia pertama dan kedua, sehingga cara ini dipakai dalam eksplorasi ruang
angkasa. Sejak saat itu istilah penginderaan jauh (remote sensing) dikenal dan
menjadi populer dalam dunia pemetaan sampai saat ini. Eksplorasi ruang angkasa
yang berlangsung sejak tahun 1960 an antara lain diwakili oleh satelit-satelit
Gemini, Apollo, Sputnik, Solyus. Kamera presisi tinggi mengambil gambar bumi
dan memberikan informasi berbagai gejala dipermukaan bumi seperti geologi,
kehutanan, kelautan dan sebagainya. Teknologi pemotretan dan perekaman
permukaan bumi berkembang lebih lanjut dengan menggunakan berbagai sistem
perekam data seperti kamera majemuk, multispectral scanner, vidicon,
radiometer, spectrometer yang berlangsung sampai sekarang. Bahkan dalam waktu
terakhir ini alat GPS (Global Positioning System) dimanfaatkan pula untuk
merekam peta ketinggian dalam bentuk DEM (Digital Elevation Model).
Penginderaan jauh adalah
ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala
dengan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak
langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji (Sutanto, 1986). Citra
penginderaan jauh merupakan gambaran yang erekam oleh kamera atau oleh sensor
lainnya. Penginderaan jauh (remote sensing) telah digunakan untuk berbagai
macam keperluan, antara lain untuk keperluan analisis dalam bidang kelautan,
analisis bidang pertanian, analisis bidang pertambangan, dan lain sebagainya.
Penginderaan jauh merupakan suatu metode untuk memperoleh informasi tentang
suatu objek, areal, ataupun fenomena geografis melalui analisis data yang
diperoleh dari sensor. Perkembangan ilmu penginderaan jauh dari tahun ke tahun
mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga manusia selalu akan
mengembangkan kemampuannya dalam mengembangkan ilmu tersebut, salah satunya
dengan mengembangkan citra satelit agar dapat digunakan untuk kepentingan–kepentingan
lainnya yang erat kaitannya dengan perolehan informasi suatu objek, daerah
ataupun fenomena geografisnya.
B. Batasan Masalah
1.
Menjelaskan definisi penginderaan jauh.
2.
Menjelaskan mengenai satelit pengindera jauh.
3. Energi Elektromagnetik dalam Penginderaan Jauh Satelit.
4. Energi
Elektromagnetik dalam Penginderaan Jauh Satelit.
5. Sensor dan Wahana
(Flatform) Teknologi Penginderaan Jauh.
6. Citra
Penginderaan Jauh Satelit
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penginderaan Jauh
Penginderaan
jauh adalah ilmu, teknologi dan seni perolehan data dan pemrosesan data yang
merekam interaksi antara energi elektromagnetik
dengan suatu obyek. Dengan kata lain dapat didefinisikan sebagai ilmu,
teknologi dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau
fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak
langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji.
Secara
umum penginderaan jauh menunjukkan aktifitas perekaman, pengamatan dan
penangkapan fenomena obyek atau peristiwa dari jarak tertentu. Dalam
pengideraan jauh, sensor tidak langsung kontak dengan obyek yang diamati.
Informasi tersebut membutuhkan alat penghantar secara fisik untuk perjalanan
dari obyek ke sensor melalui medium.
Pada
Tutorial Pelatihan ini penginderaan jauh lebih
dibatasi pada suatu teknologi perolehan informasi permukaan bumi (laut dan
daratan) dengan menggunakan sensor di atas platform satelit dan spaceborne
(pesawat ruang angkasa).
B. Satelit
Pengindera Jauh
Satelit penginderaan jauh sumber daya yang banyak dimanfaatkan selama ini
merupakan satelit yang menggunakan sistem optis. Penginderaan jauh sistem optis
ini memanfaatkan spektrum tampak hingga infra merah (Liang, 2004). Rentang
gelombang elektromagnetik yang lebih luas dalam penginderaan jauh meliputi
gelombang pendek mikro hingga spektrum yang lebih pendek seperti gelombang
infra merah, gelombang tampak, dan gelombang ultra violet.
Penginderaan jauh berkembang dalam bentuk pemrotretan muka bumi melalui
wahana pesawat terbang yang menghasilkan foto udara dan bentuk penginderaan
jauh berteknologi satelit yang mendasarkan pada konsep gelombang
elektromagnetis. Dalam perkembangannya saat ini, dengan adanya teknologi
satelit berresolusi tinggi, pengenalan sifat fisik dan bentuk obyek dipermukaan
bumi secara individual juga dapat dilakukan.
Pada dasarnya teknologi pemotretan udara dan penginderaan jauh berteknologi
satelit adalah suatu teknologi yang merekam interaksi berkas cahaya yang
berasal dari sinar matahari dan obyek di permukaan bumi. Pantulan sinar
matahari dari obyek di permukaan bumi ditangkap oleh kamera atau sensor. Tiap
benda atau obyek memberikan nilai pantulan yang berbeda sesuai dengan sifatnya.
Pada pemotretan udara rekaman dilakukan dengan media seluloid (film), sedangkan
penginderaan jauh melalui media pita magnetik dalam bentuk sinyal-sinyal
digital. Dalam perkembangannya potret udara juga seringkali dilakukan dalam
bentuk digital.
Data
penginderaan jauh adalah berupa citra. Citra penginderaan jauh memiliki
beberapa bentuk yaitu foto udara ataupun citra satelit. Data penginderaan jauh
tersebut adalah hasil rekaman obyek muka bumi oleh sensor. Data penginderaan
jauh ini dapat memberikan banyak informasi setelah dilakukan proses
interpretasi terhadap data tersebut.
Interpretasi citra merupakan serangkaian kegiatan identifikasi, pengukuran
dan penterjemahan data-data pada sebuah atau serangkaian data penginderaan jauh
untuk memperoleh informasi yang bermakna. Sebuah data penginderaan jauh dapat
diturunkan banyak informasi dari serangkaian proses interpretasi citra
ini. Dalam proses interpretasi, obyek diidentifikasikan
berdasarkan pada karakteristik berikut :
- Target
dapat berupa fitur titik, garis, ataupun area.
- Target harus dapat dibedakan dengan obyek
lainnya.
Kemampuan
teknologi penginderaan jauh dalam perolehan informasi yang luas tanpa
persinggungan langsung dengan obyeknya banyak dimanfaatkan dalam berbagai hal
yang bersifat spasial. Hingga saat ini penginderaan jauh telah diaplikasikan
untuk keperluan pengelolaan lingkungan, ekologi, degradasi lahan, bencana alam,
hingga perubahan iklim (Horning, 2010; Roder, 2009; Bukata, 2005; Adosi, 2007).
C.
Energi Elektromagnetik
dalam Penginderaan Jauh Satelit
Cahaya
tampak merupakan salah satu dari beberapa bentuk energi elektromagnetik,
gelombang radio, sinar ultraviolet dan sinar X juga
merupakan bentuk lain energi yang lazim.
Gambar: Ilustrasi perekaman berbagai fenomena yang ada di permukaan menggunakan teknologi penginderaan jauh.
Pada
dasarnya semua energi adalah sama dan melakukan radiasi sesuai dengan teori
dasar gelombang. Pada Gambar 1. ditunjukkan teori dasar energi elektromagnetik
yang bergerak secara harmonis berbentuk sinusoidal
dengan kecepatan cahaya ©. Berdasarkan konsep fisika dasar, gelombang mempunyai
persamaan umum sebagai berikut :
C
= f x l
c
= kecepatan cahaya (3 x 108 m/dtk)
f
= frekuensi
l
= panjang gelombang
Di
dalam penginderaan jauh satelit, pengelompokkan gelombang elektromagnetik
paling sering digunakan diletakkan menurut letak panjang gelombang di dalam
spektrum elektromagnetik (Gambar 2.).
Nama
spektrum biasanya digunakan pada bagian spektrum elektromagnetik, seperti
gelombang inframerah, gelombang radio, gelombang mikro, dan sebagainya. Dan
spektrum ini tidak mempunyai batasan yang tegas antara satu bagian spektrum
satu dengan spektrum berikutnya.. Bagian spektrum 0,4 – 0,7 μm) pada gambaran logaritmik
merupakan bagian±sinar tampak ( sempit, mempunyai kepekaan
pada mata manusia
Sifat
radiasi elektromagnetik lebih mudah diuraikan dengan menggunakan teori
gelombang, tetapi interaksi antara energi elektromagnetik dengan benda dapat
dijelaskan dengan teori partikel. Teori partikel
menyatakan bahwa radiasi elektromagnetik terdiri dari beberapa bagian terpisah
yang disebut sebagai foton.
D. Interaksi
Energi Elektromagnetik Dengan Atmosfer
dan Permukaan Bumi
Semua
radiasi yang dideteksi dengan sistem penginderaan jauh satelit melalui atmosfer
dengan jarak atau panjang jalur tertentu. Panjang jalur tesebut dapat
bervariasi panjangnya. Pada fotografi dari antariksa dihasilkan dari radiasi
matahari yang melewati dua kali tebal penuh atmosfer bumi pada perjalannya dari
sumber radiasi ke sensor. Selain itu, sensor termal yang mendeteksi energi yang
dipancarkan oleh obyek di bumi, melewati jarak di atmosfer yang relatif pendek.
Perbedaan jarak yang dilalui , kondisi atmosfer, panjang gelombang yang
digunakan serta besarnya sinyal energi yang indera berpengaruh terhadap variasi
total atmosfer.
Pengaruh
atmosfer sangat bervariasi tergantung pada intensitas dan komposisi spectral
radiasi yang tersedia bagi suatu system penginderaan satelit. Pengaruh ini
disebabkan oleh mekanisme hamburan (scattering) dan serapan (absorption)
atmosferik.
Bagian
energi yang mengenai obyek dipermukaan bumi akan dipantulkan, diserap, atau
ditransmisikan dengan menerapkan hukum kekekalan energi. Dalam hukum kekekalan
energi tersebut dapat dinyatakan sebagai hubungan timbal balik antara tiga
jenis interaksi energi tersebut, sebagai berikut:
E1
)l)
+ EA +ET (l) = ER (l)
E1
= energi yang mengenai obyek
ER
= energi yang dipantulkan
EA
= energi yang diserap
ET
= energi yang ditransmisikan
Persamaan
di atas merupakan suatu persamaan keseimbangan energi yang menunjukan hubungan
timbal balik antara mekanisme pantulan, serapan dan transmisi. Dari persamaan
di atas terdapat 2 (dua) hal penting :
1. Bagian
energi yang dipantulkan, diserap dan ditransmisikan akan berbeda tergantung
pada jenis materi dan kondisi obyek muka bumi. Dari perbedaan ini, memungkinkan
kita dapat membedakan obyek yang berbeda pada suatu citra.
2. Dengan
panjang gelombang yang berbeda, untuk obyek yang sama bagian energi yang
dipantulkan, diserap dan ditransmisikan kemungkinan akan berbeda, sebagai
akibatnya, variasi spectral ini akan menghasilkan efek visual yaitu warna.
Sebagai contoh: obyek akan berwarna biru bila obyek tersebut banyak memantulkan
bagian spectrum biru, berwarna hijau bila banyak memantulkan bagian spectrum
hijau, dan seterusnya. Sehingga interpretasi visual dengan mata dapat
menggunakan variasi spectral pada besaran energi pantulan untuk menbedakan
berbagai obyek.
E. Pantulan
Spektral Vegetasi, Tanah dan Air
Gambar: Pantulan spectral energi elektromagnetik matahari terhadap vegetasi, tanah dan air yang diterima oleh sansor satelit.
Pada gambar ditunjukkan suatu kurva pantulan spectral pada
tiga obyek utama di permukaan bumi, yaitu vegetasi sehat berdaun hijau, tanah
gundul ( lempung coklat kelabu ), dan air jernih. Garis pada kurva tersebut
menyajikan kurva pantulan rata-rata yang dibuat dengan pengukuran sampel obyek
yang jumlahnya banyak (Lillesand. 2002). Kurva ini menunjukkan suatu indicator
tentang jenis dari kondisi obyek yang berkaitan. Walaupun pantulan obyek secara
invidual akan berbeda besar di atas dan dibawah nilai rata-rata, tetapi kurva
tersebut menunjukan beberapa titik fundamental yang berkaitan dengan pantulan
spektral.
Vegetasi sehat berwarna hijau disebabkan
oleh besarnya penyerapan energi pada spektrum hijau. Apabila tumbuhan mengalami
beberapa gangguan, dan akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan produksinya
secara normal maka hal itu akan mengurangi atau mematikan produksi klorofil.
Akibatnya berupa kurangnya serapan oleh klorofil pada saluran biru dan merah.
Sering pantulan pada spektrum merah bertambah hingga kita lihat tumbuhan tampak
berwarna kuning (gabungan antara hijau dan merah).
F. Sensor
dan Wahana (Flatform) Teknologi Penginderaan Jauh
Sensor
adalah alat untuk mengukur dan merekam energi elektromagnetik. Dalam system
penginderaan jauh, sensor dapat dibedakan dalam 2 kategori yaitu sensor aktif
dan sensor pasif. Uraian mengenai hal tersebut,
Untuk
sensor pasif tergantung pada sumber energi dari luar, yaitu matahari. Sehingga
penginderaan jauh sistem pasif menerima energi yang dipantulkan dan/atau
dipancarkan dari permukaan bumi. Teknologi penginderaan jauh satelit yang
menggunakan sensor dengan saluran tampak mata (visible) dan inframerah. Kamera
fotografi adalah merupakan sensor pasif yang paling lama dan umum dipakai.
Sebagai contoh lain sensor pasif adalah gamma-ray spectrometer, kamera udara,
kamera video dan scanner multispektral dan termal, dsb.
Gambar: Sistem sensor aktif sistem gelombang mikro dan pasif dengan sensor optik beserta citra satelit yang dihasilkan.
Kemampuan penetrasi liputan awan pada
gelombangan mikro mengasilkan citra yang bersih dari tutupan awan. Sistem
wahana (platform) Penginderaan jauh dapat dikategori dalam dua sistem, pertama
penginderaan jauh dengan airborne, yaitu dengan menggunakan pesawat udara
(aircraft), balon udara, dan sebagainya. Kedua adalah dan system penginderaan
jauh menggunakan sistem speceborne yaitu dengan menggunakan wahana satelit,
pesawat ruang angkasa, dsb.
G. Citra
Penginderaan Jauh Satelit
Citra
satelit penginderaan jauh adalah gambaran 2 dimensi (2D) yang menggambarkan
suatu obyek dari pandangan nyata. Citra penginderaan jauh satelit menggambarkan
bagian dari permukaan bumi yang terlihat dari suatu ruang.
Citra
dapat berbentuk analog maupun digital. Sebagai contoh, foto udara merupakan
citra analog berupa film dengan proses kimiawi untuk mendapatkan citra, sedang
citra satelit didapatkan dari sensor elektronik dan diporses secara digital.
Citra satelit yang dicetak atau dalam bentuk hardcopy dapat juga disebut
sebagai citra/data analog.
Data
penginderaan jauh tidak hanya sekedar sebagai gambar, tetapi data citra
disimpan dalam format grid secara reguler yang biasa disebut sebagai data
raster yang terdiri dari baris (row) dan kolom (column). Satu elemen terkecil
(gambar 7) dinamakan sebagai pixel (picture element). Untuk setiap pixel
mempunyai informasi koordinat (row dan column) dan nilai spectral yang
dikonversi dalam bentuk angka, yang biasa disebut DN (Digital Number).
Tiap
pixel menggambarkan bagian wilayah permukaan bumi dengan nilai intensitas serta
lokasi alamat dalam bentuk 2 dimensi. Nilai intensitas tersebut menggambarkan
ukuran kuantitas fisik yang merupakan pantulan atau pancaran radiasi matahari
dari suatu obyek dengan panjang gelombang tertentu yang diterima oleh sensor.
Seperti disebutkan sebelumnya, intensitas pixel disimpan sebagai nilai digital
(DN (Digital Number)). DN disimpan dalam bits dengan jumlah tertentu.
Kualitas
data penginderaan jauh pada utamanya ditentukan oleh karakteristik system
sensor platform.
Resolusi
ini berdasarkan pada masing bagian dari Spektrum Elektromagnetik yang diukur
dan perbedaan energi yang diamati. Sebagi contoh : Landsat 7 ETM+ mempunyai 9
saluran/band, SPOT5 menggunakan 5 band dan IKONOS II menggunakan 5 band.
Resolusi
spasial didasarkan pada unit terkecil suatu obyek yang diukur, menunjukkan
ukuran minimum obyek. Sebagai contoh ukuran per pixel untuk SPOT5 Pankromatik
5m x 5m dan 2.5m x 2.5; Multispektral 10m x 10m dan Landsat 7 ETM+ Pankromatik
15m x 15m; Multispektral 30m x 30m Termal A dan B 60m x60m; serta IKONOS II
Pankromatik 1m x 1m, Multispektral 4m x 4m.
Gambar: Perbandingan Resolusi Spasial citra satelit Landsat MSS 5m, Landsat TM5 30m, SPOT4 20m dan SPOT4 Pan 10m.
Resolusi
temporal (Revisit time) adalah waktu pengulangan pengambilan atau perekaman
data pada posisi obyek yang sama. Landsat 7 ETM+ melakukan pengambilan atau
perekaman data pada posisi obyek yang sama setiap16 hari, IKONOS II selama 4
hari untuk posisi tegak dan setiap hari dapat melakukan perekaman karena
kemampuannya untuk perekeman dalam posisi obliq (miring).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penginderaan jauh adalah
ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala
dengan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak
langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji (Sutanto, 1986). Citra
penginderaan jauh merupakan gambaran yang erekam oleh kamera atau oleh sensor
lainnya. Penginderaan jauh (remote sensing) telah digunakan untuk berbagai
macam keperluan, antara lain untuk keperluan analisis dalam bidang kelautan,
analisis bidang pertanian, analisis bidang pertambangan, dan lain sebagainya.
Penginderaan jauh merupakan suatu metode untuk memperoleh informasi tentang
suatu objek, areal, ataupun fenomena geografis melalui analisis data yang
diperoleh dari sensor. Perkembangan ilmu penginderaan jauh dari tahun ke tahun
mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga manusia selalu akan
mengembangkan kemampuannya dalam mengembangkan ilmu tersebut, salah satunya
dengan mengembangkan citra satelit agar dapat digunakan untuk kepentingan–kepentingan
lainnya yang erat kaitannya dengan perolehan informasi suatu objek, daerah
ataupun fenomena geografisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Lillesand,
Thomas M. ( Penerjemah Dulbhri, Suharsono P, Suharyadi S). 1990.
Remote Sensing and Image
Interpretation Diterjemahkan Dalam bahasa
Indonesia
: Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Yogyakarta: gadjah mada University
Press.
Sinaga,J.2011.Satelit
ikonos. www.pagarberkawatduri.blogspot.com/2011/11/satelit- ikonos.html. diakses pada tanggal 28 November 2011 Jam 15. 35 WIB
Sutanto.1986.Penginderaan
Jauh Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Sutanto.1994.Penginderaan
Jauh Jilid I1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Monday, June 4, 2012
makalah seni teater
Makalah Seni Budaya
Seni Teater
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan tugas ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang beberapa cerita teater di Indonesia, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Tugas ini memuat tentang “TEATER” , Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah (kalau ada) , penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater berasal dari kata theatron yang diturunkan dari kata theaomai(bahasa yunani) yang artinya takjub melihat atau memandang.
Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas.
Teeater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehiudpan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis.
Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru Seni Budaya yaitu Ibu Hasni yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun karya tulis.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun Karya tulis ini ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Tanuntung, 24 January 2012
(Penyusun)
Daftar Isi
Sampul (Cover)……………………………………………………
Kata Pengantar ……………………………………………………
Daftar Isi …………………………………………………………..
Latar Belakang …………………………………………………...
Bab 1 Pengetahuan ……………………………………………….
1. Pengertian Teater ………………………………………
2. Sejarah Teater Indonesia ………………………………
3. Unsur Pembentuk Teater………………………………
Bab 2 (Setting) Lakon …………………………………………….
Bab 3 Penyutradaraan ……………………………………………
Bab 4 Pemain & Penonton………………………………………..
1. Akting yang Baik ……………………………………….
2. Penonton …………………………………………………
Bab 5 Tata Artistik ……………………………………………….
Kritik dan Saran ………………………………………………….
Daftar Pustaka ……………………………………………………
Latar Belakang
Sejarah panjang seni teater dipercayai keberadaannya sejak manusia mulai melakukan interaksi satu sama lain. Interaksi itu juga berlangsung bersamaan dengan tafsiran-tafsiran terhadap alam semesta. Dengan demikian, pemaknaan-pemaknaan teater tidak jauh berada dalam hubungan interaksi dan tafsiran-tafsiran antara manusia dan alam semesta. Selain itu, sejarah seni teater pun diyakini berasal dari usaha-usaha perburuan manusia primitif dalam mempertahankan kehidupan mereka. Pada perburuan ini, mereka menirukan perilaku binatang buruannya.
Setelah selesai melakukan perburuan, mereka mengadakan ritual atau upacara upacara sebagai bentuk “rasa syukur” mereka, dan “penghormatan” terhadap Sang Pencipta semesta. Ada juga yang menyebutkan sejarah teater dimulai dari Mesir pada 4000 SM dengan upacara pemujaan dewa Dionisus. Tata cara upacara ini kemudian dibakukan serta difestivalkan pada suatu tempat untuk dipertunjukkan serta dihadiri oleh manusia yang lain.
The Theatre berasal dari kata Yunani Kuno, Theatron yang berarti seeing place atau tempat menyaksikan atau tempat dimana aktor mementaskan lakon dan orang-orang menontonnya. Sedangkan istilah teater atau dalam bahasa Inggrisnya theatre mengacu kepada aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan, kelompok yang melakukan kegiatan itu dan seni pertunjukan itu sendiri. Namun demikian, teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata Yunani Kuno, Draomai yang berarti bertindak atau berbuat dan Drame yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah atau dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika.
Kata drama juga dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM). Hubungan kata teater dan drama bersandingan sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang mempergunakan drama ’lebih identik sebagai teks atau naskah atau lakon atau karya sastra. Terlepas dari sejarah dan asal kata yang melatarbelakanginya, seni teater merupakan suatu karya seni yang rumit dan kompleks, sehingga sering disebut dengan collective art atau synthetic art artinya teater merupakan sintesa dari berbagai disiplin seni yang melibatkan berbagai macam keahlian dan keterampilan.
Seni teater menggabungkan unsur-unsur audio, visual, dan kinestetik (gerak) yang meliputi bunyi, suara, musik, gerak serta seni rupa. Seni teater merupakan suatu kesatuan seni yang diciptakan oleh penulis lakon, sutradara, pemain (pemeran), penata artistik, pekerja teknik, dan diproduksi oleh sekelompok orang produksi. Sebagai seni kolektif, seni teater dilakukan bersama-sama yang mengharuskan semuanya sejalan dan seirama serta perlu harmonisasi dari keseluruhan tim. Pertunjukan ini merupakan proses seseorang atau sekelompok manusia dalam rangka mencapai tujuan artistik secara bersama. Dalam proses produksi artistik ini, ada sekelompok orang yang mengkoordinasikan kegiatan (tim produksi). Kelompok ini yang menggerakkan dan menyediakan fasilitas, teknik penggarapan, latihan latihan, dan alat-alat guna pencapaian ekspresi bersama. Hasil dari proses ini dapat dinikmati oleh penyelenggara dan penonton.
Bagi penyelenggara, hasil dari proses tersebut merupakan suatu kepuasan tersendiri, sebagai ekspresi estetis, pengembangan profesi dan penyaluran kreativitas, sedangkan bagi penonton, diharapkan dapat diperoleh pengalaman batin atau perasaan atau juga bisa sebagai media pembelajaran. Melihat permasalahan di dalam teater yang begitu kompleks, maka penulis mencoba membuat sebuah paparan pengetahuan teater dari berbagai unsur.
Bab I
Pengetahuan
1. Pengertian Teater
Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas, teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Teater bisa juga diartikan sebagai drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.
2. Sejarah Teater Indonesia
Sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”, sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya. Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbeda-beda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir.
3. Unsur Pembentuk Teater
Dalam khasanah teater dewasa ini dapat disimpulkan unsur utama teater adalah naskah lakon, sutradara, pemain, dan penonton. Tanpa keempat unsur tersebut pertunjukan teater tidak bisa diwujudkan. Untuk mendukung unsur pokok tersebut diperlukan unsur tata artistik yang memberikan keindahan dan mempertegas makna lakon yang dipentaskan.
Bab 2
(Setting) Lakon
Naskah Lakon
Salah satu cirri teater modern adalah digunakannya naskah lakon yang merupakan bentuk tertulis dari cerit drama yang baru akan menjadi karya teater setelah divisualisasikan kedalam pementasan.
Naskah Lakon pada dasarnya adalah karya sastra dengan media bahasa kata. Mementaskan drama berdasarkan naskah drama berarti memindahkan karya seni dari media bahasa kata ke media bahasa pentas. Dalam visualisasi tersebut karya sastra kemudian berubah esensinya menjadi karya teater. Pada saat transformasi inilah karya sastra bersinggungan dengan komponen-komponen teater, yaitu sutradara, pemain, dan tata artistik.
Naskah lakon sebagaimana karya sastra lain, pada dasarnya mempunyai struktur yang jelas, yaitu tema, plot, setting, dan tokoh.
Akan tetapi, naskah lakon yang khusus dipersiapkan untuk dipentaskan mempunyai struktur lain yang spesifik. Struktur ini pertama kali di rumuskan oleh Aristoteles yang membagi menjadi lima bagian besar, yaitu eksposisi (pemaparan), komplikasi, klimaks, anti klimaks atau resolusi, dan konklusi (catastrope). Kelima bagian tersebut pada perkembangan kemudian tidak diterapkan secara kaku, tetapi lebih bersifat fungsionalistik.
Bab 3
Penyutradaraan
Di Indonesia penanggung jawab proses transformasi naskah lakon ke bentuk pemanggungan adalah sutradara yang merupakan pimpinan utama kerja kolektif sebuah teater. Baik buruknya pementasan teater sangat ditentukan oleh kerja sutradara, meskipun unsur-unsur lainnya juga berperan tetapi masih berada di bawah kewenangan sutradara.
Sebagai pimpinan, sutradara selain bertanggung jawab terhadap kelangsungan proses terciptanya pementasan juga harus bertanggung jawab terhadap masyarakat atau penonton. Meskipun dalam tugasnya seorang sutradara dibantu oleh stafnya dalam menyelesaikan -tugasnya tetapi sutradara tetap merupakan penanggung jawab utama. Untuk itu sutradara dituntut mempunyai pengetahuan yang luas agar mampu mengarahkan pemain untuk mencapai kreativitas maksimal dan dapat mengatasi kendala teknis yang timbul dalam proses penciptaan. Sebagai seorang pemimpin, sutradara harus mempunyai Pedoman yang pasti sehingga bisa mengatasi kesulitan yang timbul.
Menurut Harymawan (1993) Ada beberapa tipe sutradara dalam menjalankan penyutradaraanya, yaitu:
1. Sutradara konseptor.
Ia menentukan pokok penafsiran dan menyarankan konsep penafsiranya kepada pemain. Pemain dibiarkan mengembangkan konsep itu secara kreatif. Tetapi juga terikat kepada pokok penafsiran tsb. Sutradara diktator. Ia mengharapkan pemain dicetak seperti dirinya sendiri, tidak ada konsep penafsiran dua arah ia mendambakan seni sebagai dirinya, sementara pemain dibentuk menjadi robot - robot yang tetap buta tuli.
2. Sutradara koordinator.
Ia menempatkan diri sebagai pengarah atau polisi lalulintas yang mengkoordinasikan pemain dengan konsep pokok penafsirannya.
3. Sutradara paternalis.
Ia bertindak sebagai guru atau suhu yang mengamalkan ilmu bersamaan dengan mengasuh batin para anggotanya.Teater disamakan dengan padepokan, sehingga pemain adalah cantrik yang harus setia kepada sutradara.
Bab 4
Pemain & Penonton
Untuk mentransformasikan naskah di atas panggung dibutuhkan pemain yang mampu menghidupkan tokoh dalam naskah lakon menjadi sosok yang nyata. Pemain adalah alat untuk memeragakan tokoh. Tetapi Bukan sekedar alat yang harus tunduk kepada naskah. Pemain mempunyai wewenang membuat refleksi dari naskah melalui dirinya.Agar bisa merefleksikan tokoh menjadi sesuatu yang hidup, pemain dituntut menguasai aspek-aspek pemeranan yang dilatihkan secara khusus, yaitu jasmani (tubuh/fisik), rohani (jiwa/emosi), dan intelektual. Memindahkan naskah lakon ke dalam panggung melalui media pemain tidak sesederhana mengucapkan kata - kata yang ada dalam naskah lakon atau sekedar memperagakan keinginan penulis melainkan proses pemindahan mempunyai karekterisasi tersendiri, yaitu harus menghidupkan bahasa kata (tulis) menjadi bahasa pentas (lisan).
1. AKTING YANG BAIK
Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.
Dialog yang baik ialah dialog yang :
1. terdengar (volume baik)
2. jelas (artikulasi baik)
3. dimengerti (lafal benar)
4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
5. Gerak yang balk ialah gerak yang :
6. terlihat (blocking baik)
7. jelas (tidak ragu ragu, meyakinkan)
8. dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
9. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Penjelasan :
1. Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh.
2. Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih.
3. Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai . Misalnya berani yang berarti “tidak takut” harus diucapkan berani bukan ber ani.
4. Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah.
5. Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi.
6. Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai berikut
a. Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.
b. Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.
c. Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain mengelompok di satu tempat. Dalam hal mengatur balance, komposisinya:
•Bagian kanan lebih berat daripada kiri
•Bagian depan lebih berat daripada belakang
•Yang tinggi lebih berat daripada yang rendah
•Yang lebar lebih berat daripada yang sempit
•Yang terang lebih berat daripada yang gelap
•Menghadap lebih berat daripada yang membelakangi
Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung; Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting. Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb. Menghayati berarti gerak gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.
2. Penonton
Tujuan terakhir suatu pementasan lakon adalah penonton.Respon penonton atas lakon akan menjadi suatu respons melingkar, antara penonton dengan pementasan. Banyak sutradara yang kurangmemperhatikan penonton dan menganggapnya sebagai kelompok konsumsi yang bisa menerima begitu saja apa yang disuguhkan sehingga jika terjadi suatu kegagalan dalam pementasan penonton dianggap sebagai penyebabnya karena mereka tidak mengerti atau kurang terdidik untuk memahami sebuah pementasan. Kelompok penonton pada sebuah pementasan adalah suatu komposisi organisme kemanusiaan yang peka. Mereka pergi menonton karena ingin memperoleh kepuasan, kebutuhan, dan cita-cita. Alasan lainnya untuk tertawa, untuk menangis, dan untuk digetarkan hatinya, karena terharu akibat dari hasrat ingin menonton.Penonton meninggalkan rumah, antri karcis dan membayar biaya masuk dan lainlain karena teater adalah dunia ilusi dan imajinasi. Membebaskan pola rutin kehidupan selama waktu dibuka hingga ditutupnya tirai untuk memuaskan hasrat jiwa khayalannya.
Eksistensi teater tidak mengenal batas kedudukan manusia. Secara ilmiah, manusia memiliki kekuatan menguasai sikap dan tindakannya. Tindakannya pergi ke teater disebabkan oleh keinginan dan kebutuhan berhubungan dengan sesama. Sehingga menempuh jalan sebagai berikut :
Bertemu dengan orang lain yang menonton teater. Teater merupakan suatu lembaga sosial.
Memproyeksikan diri dengan peranan-peranan yang melakonkan hidup dan kehidupan di atas pentas secara khayali. Teater adalah salah satu cara proses interaksi sosial.
Dalam memandang suatu karya seni penonton hendaklah mampu memelihara adanya suatu objektivitas artistik. Ini bisa tercapai dengan menentukan jarak estetik (aestetic distance) sehubungan dengan karya seni yang dihayatinya. Pemisahan yang dimaksud, antara penonton dan yang ditonton, pada seni teater diusahakan dengan jalan:
Menciptakan penataan yang tepat atas auditorium dan pentas.
Adanya batas artistik proscenium sebagai bingkai gambar.
Pentas yang terang dan auditorium yang gelap.
Semua itu akan membantu kedudukan penonton sehingga memungkinkan untuk melakukan perenungan.
Bab 5
Tata Artistik
Tata artistik merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari teater. Pertunjukan teater menjadi tidak utuh tanpa adanya tata artistik yang mendukungnya. Unsur artistik disini meliputi tata panggung , tata busana, tata cahaya, tata rias, tata suara, tata musik yang dapat membantu pementasan menjadi sempurna sebagai pertunjukan. Unsur-unsur artistik menjadi lebih berarti apabila sutradara dan penata artistik mampu memberi makna kepada bagian-bagian tersebut sehingga unsur-unsur tersebut tidak hanya sebagai bagian yang menempel atau mendukung, tetapi lebih dari itu merupakan kesatuan yang utuh dari sebuah pementasan.
1. Tata Panggung
adalah pengaturan pemandangan di panggung selama pementasan berlangsung. Tujuannya tidak sekedar supaya permainan bisa dilihat penonton tetapi juga menghidupkan pemeranan dan suasana panggung.
2. Tata Cahaya atau Lampu
adalah pengaturan pencahayaan di daerah sekitar panggung yang fungsinya untuk menghidupkan permainan dan dan suasana lakonyang dibawakan, sehingga menimbulkan suasana istimewa.
3. Tata Musik
adalah pengaturan musik yang mengiringi pementasan teater yang berguna untuk memberi penekanan pada suasana permainan dan mengiringi pergantian babak dan adegan.
4. Tata suara
adalah pengaturan keluaran suara yang dihasilkan dari berbagai macam sumber bunyi seperti; suara aktor, efek suasana, dan musik. Tata suara diperlukan untuk menghasilkan harmoni.
5. Tata rias dan tata busana
Adalah pengaturan rias dan busana yang dikenakan pemain. Gunanya untuk menonjolkan watak peran yang dimainkan, dan bentuk fisik pemain bisa terlihat jelas penonton.
Kesimpulan
Artinya, sebuah pertunjukan teater yang berlangsung di atas panggung
membutuhkan proses garap yang lama mulai dari (penentuan) lakon,
penyutradaraan, pemeranan, dan proses penataan artistik. Dalam
setiap tahapan proses ini melibatkan banyak orang (pendukung) dari
berbagai bidang sehingga dengan memahami tugas dan tanggung
jawab masing-masing maka kerja penciptaan teater akan padu.
Kualitas kerja setiap bidang akan menjadi harmonis jika masingmasing
dapat bekerja secara bersama dan bekerja bersama akan
berhasil dengan baik jika semua elemen memahami tugas dan
tanggung jawabnya. Itulah inti dari proes penciptaan seni teater,
“KERJASAMA”.
Kritik & Saran
Daftar Pustaka
http://aamovi.wordpress.com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2/
http://www.psb-psma.org/content/blog/seni-teater
http://mengenal-teater.blogspot.com/2010/04/sejarah-teater-indonesia.html
http://kingponselku.com/kingponselku.comseni/seni-teater-nusantara-seni-teater-nusantara-teater-tradisional
http://senibudayaparamitha.blogspot.com/2011/02/unsur-pembentuk-teater-dalam-khasanah.html
http://www.slideshare.net/airlanggha/kesenian
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/ragam-seni-teat
Seni Teater
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan tugas ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang beberapa cerita teater di Indonesia, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Tugas ini memuat tentang “TEATER” , Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah (kalau ada) , penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater berasal dari kata theatron yang diturunkan dari kata theaomai(bahasa yunani) yang artinya takjub melihat atau memandang.
Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas.
Teeater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehiudpan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis.
Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru Seni Budaya yaitu Ibu Hasni yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun karya tulis.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun Karya tulis ini ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Tanuntung, 24 January 2012
(Penyusun)
Daftar Isi
Sampul (Cover)……………………………………………………
Kata Pengantar ……………………………………………………
Daftar Isi …………………………………………………………..
Latar Belakang …………………………………………………...
Bab 1 Pengetahuan ……………………………………………….
1. Pengertian Teater ………………………………………
2. Sejarah Teater Indonesia ………………………………
3. Unsur Pembentuk Teater………………………………
Bab 2 (Setting) Lakon …………………………………………….
Bab 3 Penyutradaraan ……………………………………………
Bab 4 Pemain & Penonton………………………………………..
1. Akting yang Baik ……………………………………….
2. Penonton …………………………………………………
Bab 5 Tata Artistik ……………………………………………….
Kritik dan Saran ………………………………………………….
Daftar Pustaka ……………………………………………………
Latar Belakang
Sejarah panjang seni teater dipercayai keberadaannya sejak manusia mulai melakukan interaksi satu sama lain. Interaksi itu juga berlangsung bersamaan dengan tafsiran-tafsiran terhadap alam semesta. Dengan demikian, pemaknaan-pemaknaan teater tidak jauh berada dalam hubungan interaksi dan tafsiran-tafsiran antara manusia dan alam semesta. Selain itu, sejarah seni teater pun diyakini berasal dari usaha-usaha perburuan manusia primitif dalam mempertahankan kehidupan mereka. Pada perburuan ini, mereka menirukan perilaku binatang buruannya.
Setelah selesai melakukan perburuan, mereka mengadakan ritual atau upacara upacara sebagai bentuk “rasa syukur” mereka, dan “penghormatan” terhadap Sang Pencipta semesta. Ada juga yang menyebutkan sejarah teater dimulai dari Mesir pada 4000 SM dengan upacara pemujaan dewa Dionisus. Tata cara upacara ini kemudian dibakukan serta difestivalkan pada suatu tempat untuk dipertunjukkan serta dihadiri oleh manusia yang lain.
The Theatre berasal dari kata Yunani Kuno, Theatron yang berarti seeing place atau tempat menyaksikan atau tempat dimana aktor mementaskan lakon dan orang-orang menontonnya. Sedangkan istilah teater atau dalam bahasa Inggrisnya theatre mengacu kepada aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan, kelompok yang melakukan kegiatan itu dan seni pertunjukan itu sendiri. Namun demikian, teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata Yunani Kuno, Draomai yang berarti bertindak atau berbuat dan Drame yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah atau dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika.
Kata drama juga dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM). Hubungan kata teater dan drama bersandingan sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang mempergunakan drama ’lebih identik sebagai teks atau naskah atau lakon atau karya sastra. Terlepas dari sejarah dan asal kata yang melatarbelakanginya, seni teater merupakan suatu karya seni yang rumit dan kompleks, sehingga sering disebut dengan collective art atau synthetic art artinya teater merupakan sintesa dari berbagai disiplin seni yang melibatkan berbagai macam keahlian dan keterampilan.
Seni teater menggabungkan unsur-unsur audio, visual, dan kinestetik (gerak) yang meliputi bunyi, suara, musik, gerak serta seni rupa. Seni teater merupakan suatu kesatuan seni yang diciptakan oleh penulis lakon, sutradara, pemain (pemeran), penata artistik, pekerja teknik, dan diproduksi oleh sekelompok orang produksi. Sebagai seni kolektif, seni teater dilakukan bersama-sama yang mengharuskan semuanya sejalan dan seirama serta perlu harmonisasi dari keseluruhan tim. Pertunjukan ini merupakan proses seseorang atau sekelompok manusia dalam rangka mencapai tujuan artistik secara bersama. Dalam proses produksi artistik ini, ada sekelompok orang yang mengkoordinasikan kegiatan (tim produksi). Kelompok ini yang menggerakkan dan menyediakan fasilitas, teknik penggarapan, latihan latihan, dan alat-alat guna pencapaian ekspresi bersama. Hasil dari proses ini dapat dinikmati oleh penyelenggara dan penonton.
Bagi penyelenggara, hasil dari proses tersebut merupakan suatu kepuasan tersendiri, sebagai ekspresi estetis, pengembangan profesi dan penyaluran kreativitas, sedangkan bagi penonton, diharapkan dapat diperoleh pengalaman batin atau perasaan atau juga bisa sebagai media pembelajaran. Melihat permasalahan di dalam teater yang begitu kompleks, maka penulis mencoba membuat sebuah paparan pengetahuan teater dari berbagai unsur.
Bab I
Pengetahuan
1. Pengertian Teater
Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas, teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Teater bisa juga diartikan sebagai drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.
2. Sejarah Teater Indonesia
Sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”, sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya. Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbeda-beda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir.
3. Unsur Pembentuk Teater
Dalam khasanah teater dewasa ini dapat disimpulkan unsur utama teater adalah naskah lakon, sutradara, pemain, dan penonton. Tanpa keempat unsur tersebut pertunjukan teater tidak bisa diwujudkan. Untuk mendukung unsur pokok tersebut diperlukan unsur tata artistik yang memberikan keindahan dan mempertegas makna lakon yang dipentaskan.
Bab 2
(Setting) Lakon
Naskah Lakon
Salah satu cirri teater modern adalah digunakannya naskah lakon yang merupakan bentuk tertulis dari cerit drama yang baru akan menjadi karya teater setelah divisualisasikan kedalam pementasan.
Naskah Lakon pada dasarnya adalah karya sastra dengan media bahasa kata. Mementaskan drama berdasarkan naskah drama berarti memindahkan karya seni dari media bahasa kata ke media bahasa pentas. Dalam visualisasi tersebut karya sastra kemudian berubah esensinya menjadi karya teater. Pada saat transformasi inilah karya sastra bersinggungan dengan komponen-komponen teater, yaitu sutradara, pemain, dan tata artistik.
Naskah lakon sebagaimana karya sastra lain, pada dasarnya mempunyai struktur yang jelas, yaitu tema, plot, setting, dan tokoh.
Akan tetapi, naskah lakon yang khusus dipersiapkan untuk dipentaskan mempunyai struktur lain yang spesifik. Struktur ini pertama kali di rumuskan oleh Aristoteles yang membagi menjadi lima bagian besar, yaitu eksposisi (pemaparan), komplikasi, klimaks, anti klimaks atau resolusi, dan konklusi (catastrope). Kelima bagian tersebut pada perkembangan kemudian tidak diterapkan secara kaku, tetapi lebih bersifat fungsionalistik.
Bab 3
Penyutradaraan
Di Indonesia penanggung jawab proses transformasi naskah lakon ke bentuk pemanggungan adalah sutradara yang merupakan pimpinan utama kerja kolektif sebuah teater. Baik buruknya pementasan teater sangat ditentukan oleh kerja sutradara, meskipun unsur-unsur lainnya juga berperan tetapi masih berada di bawah kewenangan sutradara.
Sebagai pimpinan, sutradara selain bertanggung jawab terhadap kelangsungan proses terciptanya pementasan juga harus bertanggung jawab terhadap masyarakat atau penonton. Meskipun dalam tugasnya seorang sutradara dibantu oleh stafnya dalam menyelesaikan -tugasnya tetapi sutradara tetap merupakan penanggung jawab utama. Untuk itu sutradara dituntut mempunyai pengetahuan yang luas agar mampu mengarahkan pemain untuk mencapai kreativitas maksimal dan dapat mengatasi kendala teknis yang timbul dalam proses penciptaan. Sebagai seorang pemimpin, sutradara harus mempunyai Pedoman yang pasti sehingga bisa mengatasi kesulitan yang timbul.
Menurut Harymawan (1993) Ada beberapa tipe sutradara dalam menjalankan penyutradaraanya, yaitu:
1. Sutradara konseptor.
Ia menentukan pokok penafsiran dan menyarankan konsep penafsiranya kepada pemain. Pemain dibiarkan mengembangkan konsep itu secara kreatif. Tetapi juga terikat kepada pokok penafsiran tsb. Sutradara diktator. Ia mengharapkan pemain dicetak seperti dirinya sendiri, tidak ada konsep penafsiran dua arah ia mendambakan seni sebagai dirinya, sementara pemain dibentuk menjadi robot - robot yang tetap buta tuli.
2. Sutradara koordinator.
Ia menempatkan diri sebagai pengarah atau polisi lalulintas yang mengkoordinasikan pemain dengan konsep pokok penafsirannya.
3. Sutradara paternalis.
Ia bertindak sebagai guru atau suhu yang mengamalkan ilmu bersamaan dengan mengasuh batin para anggotanya.Teater disamakan dengan padepokan, sehingga pemain adalah cantrik yang harus setia kepada sutradara.
Bab 4
Pemain & Penonton
Untuk mentransformasikan naskah di atas panggung dibutuhkan pemain yang mampu menghidupkan tokoh dalam naskah lakon menjadi sosok yang nyata. Pemain adalah alat untuk memeragakan tokoh. Tetapi Bukan sekedar alat yang harus tunduk kepada naskah. Pemain mempunyai wewenang membuat refleksi dari naskah melalui dirinya.Agar bisa merefleksikan tokoh menjadi sesuatu yang hidup, pemain dituntut menguasai aspek-aspek pemeranan yang dilatihkan secara khusus, yaitu jasmani (tubuh/fisik), rohani (jiwa/emosi), dan intelektual. Memindahkan naskah lakon ke dalam panggung melalui media pemain tidak sesederhana mengucapkan kata - kata yang ada dalam naskah lakon atau sekedar memperagakan keinginan penulis melainkan proses pemindahan mempunyai karekterisasi tersendiri, yaitu harus menghidupkan bahasa kata (tulis) menjadi bahasa pentas (lisan).
1. AKTING YANG BAIK
Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.
Dialog yang baik ialah dialog yang :
1. terdengar (volume baik)
2. jelas (artikulasi baik)
3. dimengerti (lafal benar)
4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
5. Gerak yang balk ialah gerak yang :
6. terlihat (blocking baik)
7. jelas (tidak ragu ragu, meyakinkan)
8. dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
9. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Penjelasan :
1. Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh.
2. Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih.
3. Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai . Misalnya berani yang berarti “tidak takut” harus diucapkan berani bukan ber ani.
4. Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah.
5. Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi.
6. Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai berikut
a. Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.
b. Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.
c. Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain mengelompok di satu tempat. Dalam hal mengatur balance, komposisinya:
•Bagian kanan lebih berat daripada kiri
•Bagian depan lebih berat daripada belakang
•Yang tinggi lebih berat daripada yang rendah
•Yang lebar lebih berat daripada yang sempit
•Yang terang lebih berat daripada yang gelap
•Menghadap lebih berat daripada yang membelakangi
Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung; Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting. Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb. Menghayati berarti gerak gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.
2. Penonton
Tujuan terakhir suatu pementasan lakon adalah penonton.Respon penonton atas lakon akan menjadi suatu respons melingkar, antara penonton dengan pementasan. Banyak sutradara yang kurangmemperhatikan penonton dan menganggapnya sebagai kelompok konsumsi yang bisa menerima begitu saja apa yang disuguhkan sehingga jika terjadi suatu kegagalan dalam pementasan penonton dianggap sebagai penyebabnya karena mereka tidak mengerti atau kurang terdidik untuk memahami sebuah pementasan. Kelompok penonton pada sebuah pementasan adalah suatu komposisi organisme kemanusiaan yang peka. Mereka pergi menonton karena ingin memperoleh kepuasan, kebutuhan, dan cita-cita. Alasan lainnya untuk tertawa, untuk menangis, dan untuk digetarkan hatinya, karena terharu akibat dari hasrat ingin menonton.Penonton meninggalkan rumah, antri karcis dan membayar biaya masuk dan lainlain karena teater adalah dunia ilusi dan imajinasi. Membebaskan pola rutin kehidupan selama waktu dibuka hingga ditutupnya tirai untuk memuaskan hasrat jiwa khayalannya.
Eksistensi teater tidak mengenal batas kedudukan manusia. Secara ilmiah, manusia memiliki kekuatan menguasai sikap dan tindakannya. Tindakannya pergi ke teater disebabkan oleh keinginan dan kebutuhan berhubungan dengan sesama. Sehingga menempuh jalan sebagai berikut :
Bertemu dengan orang lain yang menonton teater. Teater merupakan suatu lembaga sosial.
Memproyeksikan diri dengan peranan-peranan yang melakonkan hidup dan kehidupan di atas pentas secara khayali. Teater adalah salah satu cara proses interaksi sosial.
Dalam memandang suatu karya seni penonton hendaklah mampu memelihara adanya suatu objektivitas artistik. Ini bisa tercapai dengan menentukan jarak estetik (aestetic distance) sehubungan dengan karya seni yang dihayatinya. Pemisahan yang dimaksud, antara penonton dan yang ditonton, pada seni teater diusahakan dengan jalan:
Menciptakan penataan yang tepat atas auditorium dan pentas.
Adanya batas artistik proscenium sebagai bingkai gambar.
Pentas yang terang dan auditorium yang gelap.
Semua itu akan membantu kedudukan penonton sehingga memungkinkan untuk melakukan perenungan.
Bab 5
Tata Artistik
Tata artistik merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari teater. Pertunjukan teater menjadi tidak utuh tanpa adanya tata artistik yang mendukungnya. Unsur artistik disini meliputi tata panggung , tata busana, tata cahaya, tata rias, tata suara, tata musik yang dapat membantu pementasan menjadi sempurna sebagai pertunjukan. Unsur-unsur artistik menjadi lebih berarti apabila sutradara dan penata artistik mampu memberi makna kepada bagian-bagian tersebut sehingga unsur-unsur tersebut tidak hanya sebagai bagian yang menempel atau mendukung, tetapi lebih dari itu merupakan kesatuan yang utuh dari sebuah pementasan.
1. Tata Panggung
adalah pengaturan pemandangan di panggung selama pementasan berlangsung. Tujuannya tidak sekedar supaya permainan bisa dilihat penonton tetapi juga menghidupkan pemeranan dan suasana panggung.
2. Tata Cahaya atau Lampu
adalah pengaturan pencahayaan di daerah sekitar panggung yang fungsinya untuk menghidupkan permainan dan dan suasana lakonyang dibawakan, sehingga menimbulkan suasana istimewa.
3. Tata Musik
adalah pengaturan musik yang mengiringi pementasan teater yang berguna untuk memberi penekanan pada suasana permainan dan mengiringi pergantian babak dan adegan.
4. Tata suara
adalah pengaturan keluaran suara yang dihasilkan dari berbagai macam sumber bunyi seperti; suara aktor, efek suasana, dan musik. Tata suara diperlukan untuk menghasilkan harmoni.
5. Tata rias dan tata busana
Adalah pengaturan rias dan busana yang dikenakan pemain. Gunanya untuk menonjolkan watak peran yang dimainkan, dan bentuk fisik pemain bisa terlihat jelas penonton.
Kesimpulan
Artinya, sebuah pertunjukan teater yang berlangsung di atas panggung
membutuhkan proses garap yang lama mulai dari (penentuan) lakon,
penyutradaraan, pemeranan, dan proses penataan artistik. Dalam
setiap tahapan proses ini melibatkan banyak orang (pendukung) dari
berbagai bidang sehingga dengan memahami tugas dan tanggung
jawab masing-masing maka kerja penciptaan teater akan padu.
Kualitas kerja setiap bidang akan menjadi harmonis jika masingmasing
dapat bekerja secara bersama dan bekerja bersama akan
berhasil dengan baik jika semua elemen memahami tugas dan
tanggung jawabnya. Itulah inti dari proes penciptaan seni teater,
“KERJASAMA”.
Kritik & Saran
Daftar Pustaka
http://aamovi.wordpress.com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2/
http://www.psb-psma.org/content/blog/seni-teater
http://mengenal-teater.blogspot.com/2010/04/sejarah-teater-indonesia.html
http://kingponselku.com/kingponselku.comseni/seni-teater-nusantara-seni-teater-nusantara-teater-tradisional
http://senibudayaparamitha.blogspot.com/2011/02/unsur-pembentuk-teater-dalam-khasanah.html
http://www.slideshare.net/airlanggha/kesenian
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/ragam-seni-teat
Sekolaholic | Ruang Kamu yang Ketagihan Sekolah. Powered by Blogger.